Hembusan bayu malam cukup dingin,
Sedingin salju hitam di malam zulmat,
Tiada siapa mengerti,
Dingin bayu itu menghiris sekeping hati,
Yang hampir kosong,
Yang hampir beku
Di balik rongga hati itu,
Ada sekelumit harapan yang memudar,
Harapan hadirnya sang mentari,
Yang bakal menyirnakan dingin yang mencengkam,
Menambah kemilau harapan yang sekelumit itu,
Matahari itu tersenyum,
Menanti hadirnya dingin
Senyum itu plastik,
Sedang hati itu tulus.
Apa yang terlukis di bibir mungil,
Tidak melambangkan lukisan hati.
Cerpen saya Ibrah Dari Tirai Besi memenangi tempat keempat dalam pertandingan cerpen Group E-Novel (KEN) baru-baru ini.
Cerpen Ibrah dari tirai besi menumpukan kepada konflik yang padat dan mesej yang tersirat
Itu adalah ulasan juri mengenai cerpen aku. Aku memang tidak menyangka boleh menang. Biarpun tempat keempat, aku tetap bersyukur. Kerana bukan hadiah atau tempat yang aku dambakan, hanya sedikit harapan agar cerpenku ditelaah dan dinilai oleh para juri. Sedikit sebanyak dapat memberi motivasi kepada diri untuk terus menulis demi kebaikan.